Interview ala Duladi; Muslim Menjawab (Surya Yaya) PART 2


Duladi Samarinda: =Lanjutan Wawancara dengan Surya Yaya=

Surya Yaya menjelaskan:

–> Seperti yang sudah saya katakan diatas. Islam tidak mengajarkan permusuhan. Kalau agama anda, itu pasti.

Bahkan Islam melarang atau tidak boleh mengganggu harta, darah, dan kehormatan orang-orang non muslim.

Dalam sebuah hadist qudsi, Allah berfirman: “Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya Aku mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku, dan Aku menjadikannya sesuatu yang diharamkan di tengah kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi”. [HR. Muslim, no. 2577].

Sekali lagi, Muslim harus tetap berbuat baik kepada orang kafir atau yang tidak seagama.

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. [al-Mumtahanah: 8]

Kasihilah orang-orang yang berada di atas bumi, niscaya Dia (Allah) yang berada di atas langit akan mengasihi kamu. [HR. at-Tirmidzi, no. 1924]

Betapa indahnya ajaran-ajaran Islam yg anda sampaikan.

Saya menyimpulkan bahwa menurut anda Islam mengajarkan umat muslim berbuat baik kepada siapapun tanpa memandang agamanya, apakah seiman atau tidak seiman. Dan anda mengambil sebagian ayat dan hadist untuk membuktikan penjelasan anda.

Sebelum kita lanjut pada pertanyaan yang lebih dalam, saya ingin memastikan dulu apakah anda tidak sedang menerapkan ayat ini:

QS 3:28. Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).

Karena ada sebagian pembaca yg berkata, “Surya Yaya sedang bersiasat. Dia takut umat non-muslim tahu bahwa Islam memusuhi non-muslim, jadi dia hanya menampilkan sebagian dalil-dalil dari Quran dan Hadist, dan menyembunyikan sebagian yang lain, supaya non-muslim percaya bahwa Islam tidak mengajarkan permusuhan.”

Bagaimana anda menanggapi kecurigaan pembaca ini?

Surya Yaya Pertanyaan anda diatas sebenarnya sudah terjawab di wall sebelumnya dan juga notes yang saya buat khusus untuk anda (http://www.facebook.com/notes/surya-yaya/interview-ala-duladi-muslim-menjawab-surya-yaya/10151148391191174).

Tapi gak mengapa kalau saya coba mereview ulang.

O..ya untuk komen-komen yang sifatnya lawakan, perlu anda pertimbangkan untuk anda meremove-nya saja… agar diskusi ini bisa jadi ajang sharing ilmu dan menambah wawasan. Bisa khan?

Surya Yaya Kutipan anda: QS 3:28. Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).

Tanggapan:

–> Ayat ini pun (juga) punya muwalah tersendiri (batas interaksi dengan kafir ). Yakni tidak bersikap loyal yang menyebabkan cinta dengan hati atau berkasih sayang kepada orang kafir yang akibat dari itu muncullah pertolongan dan bantuan kepada orang kafir dengan harta, senjata dan buah pikiran. Dampaknya jelas, orang-orang muslim bisa saja condong kepada pola hidup mereka nantinya. Dan ini sudah diinformasikan oleh Rasulullah:

”Kalian pasti akan mengikuti tata cara (beragama) orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sampai-sampai kalau mereka masuk lubang dhabb, kalian pun akan mengikutinya.” (HR. al-Bukhari)

Selain itu, jawaban lainnya juga ada pada ayat ini (Yang saya kapitalkan berarti itu adalah penekanan kata):

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu, (karena) MEREKA TIDAK HENTI-HENTINYA (menimbulkan) kemudaratan bagimu. MEREKA MENYUKAI APA YANG MENYUSAHKAN KAMU. TELAH NYATA KEBENCIAN DARI MULUT MEREKA , DAN APA YANG DISEMBUNYIKAN OLEH HATI MEREKA adalah LEBIH BESAR LAGI. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (Ali Imran: 118)

JADI, berbuat baik dalam hubungan kemasyarakatan, kekeluargaan, dan semacamnya adalah boleh selama tidak mengarah kepada hal-hal yang berhubungan dengan masalah keimanan.

“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al-Maidah: 8 )

“Maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” (QS. At-Taubah : 7)

Duladi Samarinda Surya Yaya, kok penjelasan anda kontradiksi?

Surya Yaya Tidak kontradiksi. Mungkin anda saja yang punya pikiran untuk mengupayakannnya supaya kontradiksi. Dalam istilah jurnalis ada makna “DITERANGKAN-MENERANGKAN”.

Duladi Samarinda Surya Yaya, saya melihat dua kalimat anda ini saling berseberangan:

“Yakni tidak bersikap loyal yang menyebabkan cinta dengan hati atau berkasih sayang kepada orang kafir yang akibat dari itu muncullah pertolongan dan bantuan kepada orang kafir dengan harta, senjata dan buah pikiran. Dampaknya jelas, orang-orang muslim bisa saja condong kepada pola hidup mereka nantinya”

kemudian anda cepat-cepat menutupinya dengan kalimat ini:

“JADI, berbuat baik dalam hubungan kemasyarakatan, kekeluargaan, dan semacamnya adalah boleh selama tidak mengarah kepada hal-hal yang berhubungan dengan masalah keimanan.”

Surya Yaya Tidak bersebrangan… karena disitu ada pengecualian, yaitu tidak untuk dalam masalah keyakinan. Tapi urusan kemasyarakatan, dan kekeluargaan gak mengapa.

Contohnya, meski orangtua kami gak seagama dengan kami, kami tetap diperintahkan untuk berbuat baik kepadanya, tetap membantunya sebagaimna mestinya. Kecuali:

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan PERGAUILAH KEDUANYA di dunia dengan baik.” (Luqman: 15)

Surya Yaya Jadi, wajarlah kalau Allah memerintahkan kami seperti pada ayat yang anda maksud.

Duladi Samarinda Surya Yaya, bagaimana pernyataan anda ini bisa TERWUJUD dalam prakteknya:

“JADI, berbuat baik dalam hubungan kemasyarakatan, kekeluargaan, dan semacamnya adalah boleh”

Kalau kita sebagai umat muslim DILARANG bersikap loyal yang menyebabkan cinta dengan hati atau berkasih sayang kepada orang kafir yang akibat dari itu muncullah pertolongan dan bantuan kepada orang kafir dengan harta, senjata dan buah pikiran?

Kita juga diajarkan untuk selalu bersikap PARANOID dan PENUH CURIGA (suudzon) kepada orang di luar agama kita,,,, jadi bagaimana bisa kita berbuat baik kepada mereka?

Surya Yaya Duladi Samarinda Surya Yaya, bagaimana pernyataan anda ini bisa TERWUJUD dalam prakteknya:

“JADI, berbuat baik dalam hubungan kemasyarakatan, kekeluargaan, dan semacamnya adalah boleh”

—>Pernyataan sudah terwujud. Anda hidup dalam mayoritas pemerintahan Islam. Dan dalil ini mungkin jawabannya; anda terlindungi dan terayomi sebagaimna mestinya.

“Perlindungan kaum Muslimin (terhadap orang kafir) adalah sama walaupun jaminan itu diberikan oleh kaum Muslimin yang paling rendah” [HR Muslim 2344)

Duladi Samarinda Surya Yaya, maksud anda, Indonesia ini adalah PEMERINTAHAN ISLAM?

Surya Yaya Duladi Samarinda Surya Yaya, maksud anda, Indonesia ini adalah PEMERINTAHAN ISLAM?

–> Maksud saya di negeri yang mayoritas Islam.

Surya Yaya Jadi, ajaran kasih Islam itu adalah mengglobal. Sementara Kristen, ajaran kasihnya hanyalah kamuflase saja.

Duladi Samarinda Surya Yaya, Indonesia memang mayoritas Islam, tapi sistem pemerintahannya tidak menerapkan Hukum Islam, bukan? Jika masyarakat Indonesia ini toleran dan warga muslim berkasih sayang terhadap non-muslim, bukankah berarti mereka melanggar Syariah?

Surya Yaya Duladi Samarinda Surya Yaya, Indonesia memang mayoritas Islam, tapi sistem pemerintahannya tidak menerapkan Hukum Islam, bukan? Jika masyarakat Indonesia ini toleran dan warga muslim berkasih sayang terhadap non-muslim, bukankah berarti mereka melanggar Syariah?

—> Berkasih sayang sesama mahluk adalah sudah semestinya. Meski memang Indonesia bukan berazaskan Islam, tapi penerapan hidup berbangsa dan bernegaranya adalah sedikit meneladani nilai-nilai Islam.

Duladi Samarinda Surya Yaya, saya benar-benar mengharapkan kejujuran anda.

Duladi Samarinda Surya Yaya, bukankah di dalam agama kita, BERBOHONG atau MENIPU itu dihalalkan dalam PERANG?

Surya Yaya Duladi Samarinda Surya Yaya, saya benar-benar mengharapkan kejujuran anda.

–> Saya bukan Kristen, pak… yang hobi dusta dan jadi korban dusta ajaran antah berantah

Surya Yaya Duladi Samarinda Surya Yaya, bukankah di dalam agama kita, BERBOHONG atau MENIPU itu dihalalkan dalam PERANG?

–> Perang sarat dengan tipu daya… apakah anda bersedia memberikan saya jawaban yang mungkin saja menguntungkan anda ketika perang itu terjadi?

Duladi Samarinda Surya Yaya, dan wawancara ini, anda anggap sebagai PERANG, bukan?

Surya Yaya Duladi Samarinda Surya Yaya, dan wawancara ini, anda anggap sebagai PERANG, bukan?

–> Mungkin anda menganggapnya begitu. Lebih tepatnya saya menyebutnya “Pendidikan Kebenaran”. Kalaupun disebut perang… tentunya perang bukan dalam arti harfiahnya.

Duladi Samarinda Karena ini anda anggap sebagai perang, jadi melakukan tipu daya melalui jawaban-jawaban adalah halal, bukan?

Surya Yaya Duladi Samarinda Karena ini anda anggap sebagai perang, jadi melakukan tipu daya melalui jawaban-jawaban adalah halal, bukan?

–> Bukankah dalil-dalil pembanding yang saya kutip sumbernya dari Alqur’an dan Alhadist juga? Kok dikatakan sedang melakukan tipu daya?

Duladi Samarinda Surya Yaya, apakah di dalam kitab suci hanya ada ayat-ayat/dalil-dalil yg anda kutip itu saja?

Di dalam Alquran ada ayat-ayat toleran dan juga ada ayat-ayat intoleran.

Sebagaimana penjelasan anda tadi, terdapat 2 pemikiran yg saling berseberangan, Alquran pun juga demikian, bukan?

Surya Yaya Duladi Samarinda Surya Yaya, apakah di dalam kitab suci hanya ada ayat-ayat/dalil-dalil yg anda kutip itu saja?

Di dalam Alquran ada ayat-ayat toleran dan juga ada ayat-ayat intoleran.

Sebagaimana penjelasan anda tadi, terdapat 2 pemikiran yg saling berseberangan, Alquran pun juga demikian, bukan?

–> Banyak… ayat-ayat intoleran (jika memakai bahasa anda) hanya ± 10 persen saja. Tentunya intoleran yang dimaksud disini adalah dalam kondisi perang. Apakah perang butuh juga toleransi? Itupun ada batasnya:

perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) JANGANLAH KAMU MELAMPAUI BATAS, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Al-Baqarah: 190)

Surya Yaya pun, selain itu:

Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Anfaal: 61)

Surya Yaya Adakah aturan-aturan yang sedemikian detailnya dalam ajaran anda? Bahkan dalam perang pun, muslim dituntun untuk bersikap beradab?

Saya rasa di alkitab anda tidak ada!

“… janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu… ” (1 Samuel 15 )

“….pukullah sampai mati! Janganlah merasa sayang dan jangan kenal belas kasihan. Orang-orang tua, teruna-teruna dan dara-dara, anak-anak kecil dan perempuan-perempuan, bunuh dan musnahkan! (Yehezkiel 9:5-7)

Duladi Samarinda Surya Yaya, oke, jadi menurut anda, agama di luar Islam adalah BIADAB, dan agama Islam sangat beradab dalam mengajarkan soal perang?

Surya Yaya Duladi Samarinda Surya Yaya, oke, jadi menurut anda, agama di luar Islam adalah BIADAB, dan agama Islam sangat beradab dalam mengajarkan soal perang?

–> Mungkin seperti itu. Dan Islam tidak mengajarkan perang. Sebab perang adalah keterpaksaan saja. Yang beradab menurut saya adalah dalam perang pun ada batasan-batasannya. Tidak seperti isi alkitab anda. Tidak ada kompromi, mau anak-anak… orang tua, pokoknya…sikat!

“… janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu… ” (1 Samuel 15 )

“….pukullah sampai mati! Janganlah merasa sayang dan jangan kenal belas kasihan. Orang-orang tua, teruna-teruna dan dara-dara, anak-anak kecil dan perempuan-perempuan, bunuh dan musnahkan! (Yehezkiel 9:5-7)

“….maka haruslah semua orang yang terdapat di situ melakukan pekerjaan rodi bagimu dan menjadi hamba kepadamu. …. maka haruslah engkau mengepungnya;…. haruslah engkau membunuh seluruh penduduknya yang laki-laki dengan mata pedang….. janganlah kaubiarkan hidup apapun yang bernafas, melainkan kau tumpas sama sekali (Ulangan 20 : 10-17)

Ayat-ayat diatas sudah ratusan tahun direalisasikan oleh bangsa-bangsa kafir yang anda idolakan itu.

Duladi Samarinda Surya Yaya, anda yakin bahwa Islam tidak mengajarkan perang, dan perang dalam Islam hanya karena terpaksa?

Surya Yaya Ya… ” Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. ” (Al-Baqarah: 216)

Surya Yaya Tentang tata krama dalam peperangan, tentunya Islam jauh lebih beradab daripada agama Paulus yang kini anda teladani itu.

Duladi Samarinda Dan tentang Islam yg mengajarkan perang secara beradab, saya ingin komentar anda terhadap PERNYATAAN RAJA PERSIA berikut, karena dia adalah saksi sejarah atas sepak terjang tentara Islam pada masa hidupnya:

Surat Balasan Raja Persia, Yazdgird III kepada Umar bin Khattab:

“Dalam nama Ahura Mazda, pencipta Kehidupan dan Kecerdasan:

Kau, dalam suratmu menulis bahwa kau ingin mengarahkan kami kepada Tuhanmu, Allah tanpa tahu siapa kami sebenarnya dan siapa yang kami sembah. Sungguh mengherankan jika kau berkedudukan sebagai Kalifah (Penguasa) Arab, tapi pengetahuanmu setingkat dengan orang Arab kelas rendah yang berkeliaran di padang pasir Arabia, dan sama pula dengan orang suku padang pasir!

”Kau menganjurkan kami menyembah Tuhan yang esa tanpa tahu bahwa ribuan tahun masyarakat Persia telah menyembah Tuhan yang esa dan mereka menyembahNya lima kali sehari!

“Kala kami telah mendirikan kebudayaan penuh kemakmuran dan perlakuan luhur di dunia dan menegakkan Pikiran2 Baik, Kata2 Baik, Perbuatan2 Baik dengan tangan2 kami, kau dan kakek moyangmu masih berkeliaran di padang pasir, makan kadal, dan kau tidak punya apa2 untuk menafkahi dirimu dan kalian mengubur bayi2 perempuan kalian yang tanpa dosa hidup2.” (Ini adalah tradisi Arab kuno, karena mereka lebih memilih punya anak laki daripada anak perempuan)

”Kalian pancung anak2 Tuhan, bahkan pula tawanan2 perang, memperkosa kaum wanita, merampoki kafilah2, melakukan pembunuhan massal, menculik istri orang dan mencuri harta benda mereka! Hati kalian terbuat dari batu, kami kutuk segala kekejian yang kalian lakukan. Bagaimana mungkin kau mengajari kami Jalan2 Tuhan jika kau melakukan perbuatan2 keji itu?”

”Apakah Allah yang memerintahkanmu untuk membunuh, merampoki dan menghancurkan? Apakah kalian sebagai umat Allah yang melakukan ini dalam namaNya? Ataukah kalian berdua?”

”Katakan pada kami. Dengan segala kekuatan miltermu, kelakuan barbarmu, pembunuhan dan perampokan dalam nama Allah yang Akbar, apakah yang telah kau ajarkan pada tentara Muslim ini? Pengetahuan apakah yang kausampaikan pada Muslim yang ingin kau paksa untuk ajarkan pada non-Muslim? Budaya apakah yang kau dapatkan dari Allahmu, sehingga kau berani2nya memaksakan itu kepada orang lain?”

”Aku mohon kau tetap bersama Allahmu yang Akbar di padang pasirmu dan tidak bergerak mendekat ke kota2 kami yang beradab, karena agamamu mengerikan dan kelakuanmu amat biadab!”

(Salinan surat asli (632 AD – 651 AD) bisa dilihat di London Museum)

Surya Yaya Dalam literatur Islam, tidak ada seperti itu. Mungkin saja bahasa dalam surat tersebut hanyalah upaya propaganda belaka.

Di antara surat-surat Rasulullah kepada para kepala negara dan raja ltu adalah salah satunya surat beliau kepada Hiraqlius, kaisar Romawi:

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad, hamba Allah dan rasul-Nya, untuk Hiraqlius, kaisar Romawi. Keselamatan atas orang yang mengikuti petunjuk. Amma ba’du. Sesungguhnya aku mengajakmu dengan ajakan Islam. Berislamlah makakamu pasti selamat. Allah akan memberikan pahala kepadamu dua kali. Jika kamu berpaling maka kamu bertanggung jawab atas dosa orang-orang Aries.

“Hai Ahli Kltab marilah ( berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dam tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, ‘Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).’” (Ali Imraan [3]:164) (Shahih Al-Bukhari)

Duladi Samarinda Surya Yaya, maksud anda, Raja Persia itu telah memfitnah tentara Islam?

Surya Yaya Tambahan:

Sabda Rasulullah agar tidak berlebihan dalam peperangan

“Kenapa ada suatu kaum yang berlebihan dalam membunuh mereka hari ini sehingga mereka juga membunuh anak-anak? Ketahuilah bahwa orang-orang terbaik kalian adalah anak-anak orang musyrik. Ingat, janganlah kalian membunuh anak-anak. Ingat, janganlah kalian membunuh anak-anak. Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Dia terus demikian sampai dia bisa berbicara, maka orangtuanya-lah yang membuatnya menjadi Yahudi atau membuatnya menjadi Nasrani . ” (Kitab Shahih Al-Jami’:55 71)

Sabda Rasulullah juga ketika melihat seorang perempuan tewas terbunuh dalam perang, beliau mengatakan, “Tidak seharusnya perempuan ini dibunuh. ” (Abu Daud, An-Nasa’i dan Ibnu Hibban)

Sabda Rasulullah juga, ‘Jinakkan manusia, berhati-hati (bersikap) terhadap mereka dan jangan kalian menyerang mereka sebelum kalian mengajak mereka. Tidaklah kalian mendatangkan kepadaku penduduk kota dan penduduk desa dalam keadaan berislam lebih aku sukai daripada kalian mendatangkan kepadaku anak-anak dan kaum perempuan mereka, sementara kaum laki-laki mereka telah kalian bunuh. ”(Ibnu Mandah, Ibnu Asakir dari Abdurrahman bin Aida)

Jadi, tuduhan anda diatas adalah mentah dengan adanya dalil-dalil di atas.

Surya Yaya Gimana? Anda gak menemui dalilnya Islam itu tidak beradab dalam peperangan khan? Kalau Kristen,… saatnya bilang WAOW…. banyak…

Duladi Samarinda Surya Yaya, saya tidak menuduh, tapi saya hanya mengutip pernyataan Raja Yazdgird III kepada Umar bin Khattab. Apakah menurut anda Raja Persia itu membuat tuduhan palsu kepada khalifah Umar?

Surya Yaya Duladi Samarinda Surya Yaya, saya tidak menuduh, tapi saya hanya mengutip pernyataa Raja Yazdgird III kepada Umar bin Khattab. Apakah menurut anda Raja Persia itu membuat tuduhan palsu kepada khalifah Umar?

–> Anggap saja seperti itu. Tapi secara dasar hukumnya, Rasulullah sudah mencontohkannya dengan sabdanya:

‘Jinakkan manusia, berhati-hati (bersikap) terhadap mereka dan jangan kalian menyerang mereka sebelum kalian mengajak mereka. Tidaklah kalian mendatangkan kepadaku penduduk kota dan penduduk desa dalam keadaan berislam lebih aku sukai daripada kalian mendatangkan kepadaku anak-anak dan kaum perempuan mereka, sementara kaum laki-laki mereka telah kalian bunuh. ”(Ibnu Mandah, Ibnu Asakir dari Abdurrahman bin Aida)

“Kenapa ada suatu kaum yang berlebihan dalam membunuh mereka hari ini sehingga mereka juga membunuh anak-anak? Ketahuilah bahwa orang-orang terbaik kalian adalah anak-anak orang musyrik. Ingat, janganlah kalian membunuh anak-anak. Ingat, janganlah kalian membunuh anak-anak. Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Dia terus demikian sampai dia bisa berbicara, maka orangtuanya-lah yang membuatnya menjadi Yahudi atau membuatnya menjadi Nasrani . ” (Kitab Shahih Al-Jami’:55 71)

Sabda Rasulullah juga ketika melihat seorang perempuan tewas terbunuh dalam perang, beliau mengatakan, “Tidak seharusnya perempuan ini dibunuh. ” (Abu Daud, An-Nasa’i dan Ibnu Hibban)

Duladi Samarinda Surya Yaya, jadi pernyataan Raja Persia itu benar, hanya saja para pelaku (tentara Islam) itu melanggar ajaran nabi Muhammad?

Surya Yaya Duladi Samarinda Surya Yaya, jadi pernyataan Raja Persia itu benar, hanya saja para pelaku (tentara Islam) itu melanggar ajaran nabi Muhammad?

–> Saya tidak bisa memastikan itu benar. Karena gak ada dalam literatur Islam. Mungkin saja bahasa dalam surat tersebut hanyalah upaya propaganda belaka.

Yang jelasnya, tentang tata krama dalam peperangan, Islam-lah jauh lebih beradab daripada agama Paulus yang kini anda teladani itu. Dan anda gak menemui dalilnya Islam itu tidak beradab dalam peperangan khan? Kalau Kristen,… saatnya bilang WAOW…. banyak…

Duladi Samarinda Surya Yaya, tolong anda jangan menyerang agama lain, karena di sini anda sedang menunjukkan akhlak seorang muslim sejati.

Surya Yaya Duladi Samarinda Surya Yaya, tolong anda jangan menyerang agama lain, karena di sini anda sedang menunjukkan akhlak seorang muslim sejati.

–> Saya tidak menyerang. Tapi sekedar mengadakan comparison atas analisis anda yang buta dan subjektif. Sementara yang saya counter sangat-sangat objektif menurut standar kitabiah anda.

Surya Yaya Pak Dul, 15 menit lagi saya off. Kalau anda masih berniat wawancara… nanti kita lanjutkan. Atau masih ada pertanyaan? (sambil menanti masa 15 menit itu)

Duladi Samarinda Surya Yaya, apakah anda memiliki kitab SIRAH NABAWIYAH IBNU HISYAM?

Surya Yaya  Iya ada ( http://www.facebook.com/photo.php?fbid=2632320253382&set=a.1445990875889.2063071.1416684699&type=3&theater)

Surya Yaya http://www.facebook.com/media/set/?set=a.3954860676066.2141810.1416684699&type=3

Surya Yaya Dan ini… yang sempat saya scan… http://www.facebook.com/media/set/?set=a.2799793680113.2117527.1416684699&type=3

Duladi Samarinda Surya Yaya, oke. Bisa anda jelaskan, kapan awal mula nabi mengadakan PERANG?

Surya Yaya Duladi Samarinda Surya Yaya, oke. Bisa anda jelaskan, kapan awal mula nabi mengadakan PERANG?

–> Secara garis besarnya, adalah mengacu pada dalil-dalil ini:

(ALASAN BELIAU “TERPAKSA” BERPERANG)

QS. 2.217 Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.

QS. 2.191. dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah (*) itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu.

(*) Fitnah (menimbulkan kekacauan), seperti mengusir sahabat dari kampung halamannya, merampas harta mereka dan menyakiti atau mengganggu kebebasan mereka beragama.

QS. 60.1 ….sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu.

QS. 14.13. Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-rasul mereka: “Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami.” Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: “Kami pasti akan membinasakan orang- orang yang zalim itu, 14. dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka.

Tapi kaum muslimin mencoba tetap bersikap baik kepada mereka, tapi Allah melarangnya dengan alasan:

QS.60. 9. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Nabi pun masih bersabar kendati Allah sudah memberikan jalan untuk menghadapi mereka.

QS. 9 13. Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu?

Dan alasan mereka (para kafir itu) sudah jelas sebab

QS. 2109. Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya[*]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu

[*] Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Hay bin Akhtab dan Abu Jasir bin Akhtab termasuk kaum Yahudi yang paling hasud terhadap orang Arab, dengan alasan Allah telah mengistimewakan orang Arab dengan mengutus Rasul dari kalangan mereka. Kedua orang bersaudara itu bersungguh-sungguh mencegah orang lain masuk Islam. Maka Allah menurunkan ayat ini (S. 2: 109) sehubungan dengan perbuatan kedua orang itu.

(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa’id atau ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas.)

Duladi Samarinda Surya Yaya, tolong anda jangan berteori terus. Bisakah anda jelaskan pada saya sesuai sejarah, kapan nabi mulai mengadakan perang?

Duladi Samarinda Untuk penjelasan anda yg terakhir itu saya catat:

(*) Fitnah (menimbulkan kekacauan), seperti mengusir sahabat dari kampung halamannya, merampas harta mereka dan menyakiti atau mengganggu kebebasan mereka beragama.

Nanti ini akan saya tanyakan pada anda.

17 jam yang lalu · Suka · 5Surya Yaya Duladi Samarinda Surya Yaya, tolong anda jangan berteori terus. Bisakah anda jelaskan pada saya sesuai sejarah, kapan nabi mulai mengadakan perang?

–> Itu bukan berteori, tapi ada kaitannya dengan maksud anda seperti diskusi-diskusi yang dulu. http://www.facebook.com/duladi.samarinda/posts/354154441281641

Duladi Samarinda Surya Yaya, kapan sang nabi mulai mengadakan perang, ketika masih tinggal di kota Mekkah atau setelah hijrah ke Medinah?

Surya Yaya To the point saja… silakan tulis riwayat sirah yang ingin anda jadikan kutipan.

Duladi Samarinda Surya Yaya, apakah perlu mengutip? Anda tinggal menjelaskan saja kepada para pembaca, kapan sang nabi mulai mengadakan perang, ketika masih tinggal di kota Mekkah atau setelah hijrah ke Medinah?

Surya Yaya Duladi Samarinda Surya Yaya, apakah perlu mengutip? Anda tinggal menjelaskan saja kepada para pembaca, kapan sang nabi mulai mengadakan perang, ketika masih tinggal di kota Mekkah atau setelah hijrah ke Medinah?

–> Perlu dicatat. Bukan nabi yang mulai mengadakan perang.

Duladi Samarinda Surya Yaya, kenapa anda tidak menjawab pertanyaan?

Surya Yaya Ini pertanyaan anda: Kapan sang nabi mulai mengadakan perang, ketika masih tinggal di kota Mekkah atau setelah hijrah ke Medinah?

–> Jawaban saya: Perlu dicatat. Bukan nabi yang mulai mengadakan perang. Jadi cara anda menulis soal, sudah kelihatan subjektifnya.

Duladi Samarinda Surya Yaya, maksud saya adalah: Kapan sang nabi mulai berjihad?

Surya Yaya Duladi Samarinda Surya Yaya, maksud saya adalah: Kapan sang nabi mulai berjihad?

–> Jihad dalam arti mengajak, di Mekkah. Dan perintah jihad dalam arti perang yang sesungguhnya adalah di Madinah.

Duladi Samarinda Kapan tepatnya itu?

Surya Yaya Duladi Samarinda Kapan tepatnya itu?

–> Saya rasa anda punya sirah juga… silakan baca dengan hati yang damai, biar gak menulis dengan bisikan setan.

Duladi Samarinda Surya Yaya, bukankah anda nara sumber di sini? Apakah anda tidak punya kitab Sirah jilid 1?

Surya Yaya Duladi Samarinda Surya Yaya, bukankah anda nara sumber di sini? Apakah anda tidak punya kitab Sirah jilid 1?

–> Saya to the point kan arah pikiran anda yang sebenarnya. Maksud anda sebenarnya adalah mengutip Sirah Ibn Hisyam Jilid 1 Hal 222-223 bukan? Kalau iya… jawabannya sudah lama saya tulis di sini:

http://www.facebook.com/photo.php?fbid=2799829281003&set=a.2799793680113.2117527.1416684699&type=3&theater

Duladi Samarinda Surya Yaya, bukankah anda tadi mengatakan sang nabi mulai berjihad fisik setelah di Medinah? Saya tidak membahas makna jihad melawan hawa nafsu, melainkan jihad angkat senjata memerangi kafir.

Nah, kapan waktunya sang nabi mulai melakukan itu?

Surya Yaya Tepat jam 1 WIB, atau jam 2 WITA dinihari, saya pamit. Semoga anda mengerti kalau besok kita sibuk dengan aktivitas kita masing-masing.

Surya Yaya Duladi Samarinda Surya Yaya, bukankah anda tadi mengatakan sang nabi mulai berjihad fisik setelah di Medinah? Saya tidak membahas makna jihad melawan hawa nafsu, melainkan jihad angkat senjata memerangi kafir.

Nah, kapan waktunya sang nabi mulai melakukan itu?

–> Sudah saya jawab di atas. Copas lagi deh..

–> Jihad dalam arti mengajak, di Mekkah. Dan perintah jihad dalam arti perang yang sesungguhnya adalah di Madinah.

Duladi Samarinda Iya, di Medinah itu kapan tepatnya?

Duladi Samarinda Tolong anda tidak usah ragu-ragu, Surya Yaya. Kenapa anda seolah takut memberikan jawaban yg jujur?

Surya Yaya Duladi Samarinda Tolong anda tidak usah ragu-ragu, Surya Yaya. Kenapa anda seolah takut memberikan jawaban yg jujur?

–> Sebenarnya anda yang bertele-tele dalam bertanya. Kenapa anda gak cantumkan literaturnya saja. Anda lebih memboroskan komentar anda sendiri.

Duladi Samarinda di Medinah itu kapan tepatnya? Anda sebagai nara sumber, jawaban anda tentu lebih dipercaya.

Duladi Samarinda Coba anda buka Sirah Jilid 1 hal. 561, paragraf kedua dari bawah.

Surya Yaya Ok, saya pamit dulu. Besok dilanjut lagi. Sebagai conclusion sementara: Lagi-lagi Anda gagal membenarkan asumsi anda dan menutup mata dengan realita isi alkitab anda sendiri! … Salam untuk semua. Met Istirahat.

Surya Yaya Duladi Samarinda menulis: di Medinah itu kapan tepatnya? Anda sebagai nara sumber, jawaban anda tentu lebih dipercaya.

Duladi Samarinda menulis: Coba anda buka Sirah Jilid 1 hal. 561, paragraf kedua dari bawah.

Tanggapan:

–> Turunnya perintah perang ada pada halaman 422-423 Sirah Jilid 1. Realisasinya memang terlaksana pada halaman 561, dan hanya kategori perang kecil, dimana tidak terjadi pertempuran sebab tidak bertemu dengan pasukan Quraish. Ikatan perjanjian damai dilakukan dengan Bani Dhamrah.

Adapun sebab terjadinya perang kecil tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memusatkan perhatian kepada Quraisy untuk menghancurkan mereka sebagai balasan atas kejahatan mereka.

Perlu diketahui, pangkal kekuatan Quraisy terdapat pada perdagangan mereka dari kedua jalur. Inilah strategi perang yang dilakukan Rasulullah.

Adakalanya beliau berangkat sendiri memimpin pasukan dan adakalanya mengutus para sahabatnya untuk memerangi (sebagaimana mereka telah memerangi dan mengambil harta Muhajirin) dan memanfaatkan harta mereka baik dalam perjalanan kafilah keluar dari Mekah atau sekembalinya dari perdagangan

Sirah Ibnu Hisyam 1 Hal. 422-423 Sirah Jilid 1

BAB 89 TURUNNYA PERINTAH PERANG KEPADA RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM

Abu Muhammad bin Abdul Malik bin Hisyam berkata bahwa Ziyad bin Abdullah Al-Bakkai berkata kepadaku dari Muhammad bin Ishaq Al-Muththalibi yang berkata,

“Sebelum terjadinya baiat Al-Aqabah, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak diizinkan berperang dan darah tidak dihalalkan bagi beliau. Beliau hanya diperintahkan berdakwah kepada jalan Allah, bersabar terhadap semua gangguan dan memaafkan orang bodoh.

Ketika itu, orang-orang Quraisy menyiksa kaum Muhajirin yang mengikuti beliau hingga mengeluarkan mereka dari agama mereka dan mengusir mereka dari negeri mereka. Kaum Muslimin Makkah berada di antara disiksa karena agamanya dan disiksa di depan mereka atau lari ke negeri-negeri lain. Di antara mereka ada yang lari ke Habasyah, ada yang lari ke Madinah dan ada yang lari ke negeri-negeri lain.

Ketika orang-orang Quraisy semakin membangkang kepada Allah Azza wa Jalla, menolak kehendak Allah untuk memuliakan mereka, mendustakan hamba-Nya yang menyembah-Nya, mentauhidkan-Nya, membenarkan Nabi-Nya dan berpegang teguh kepada agama-Nya, maka Allah Azza wa Jalla mengizinkan Rasul-Nya Shallallahu Alaihi wa Sallam berperang, menahan, mengalahkan orang-orang yang mendzalimi kaum Muslimin dan menindas mereka. Ayat pertama yang turun kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang mengizinkan beliau berperang, darah dihalalkan bagi beliau dan memerangi orang-orang yang menindas beliau seperti dikatakan kepadaku dari Urwah bin Az-Zubair dan ulama-ulama lain ialah firman Allah Tabaraka wa Ta’ala,

‘Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Mahakuasa menolong mereka itu. (Yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata, ‘Tuhan kami hanyalah Allah.’ Dan sekiranya Allah tidak menolak sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama-Nya). Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Mahaperkasa. (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.’ (Al-Hajj: 39-41).

Maksudnya, Aku (Allah) menghalalkan perang kepada mereka, karena mereka telah mendzalimi dan mereka tidak mempunyai dosa selain karena mereka menyembah Allah. Jika mereka menang, maka mereka menegakkan shalat, membayar zakat, menyuruh kepada hal-hal yang ma’ruf dan melarang dari hal-hal yang mungkar. Mereka yang dimaksud ialah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya.

Setelah itu, Allah Tabaraka wa Ta’ala menurunkan ayat,

Dan perangilah mereka, sehingga tidak ada fitnah lagi.’ (Al-Baqarah: 193).

Maksudnya, agar orang Mukmin tidak difitnah karena agamanya. Allah juga berfirman,

‘Dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah.’ (Al-Baqarah: 193).

Maksudnya, agar Allah disembah dan Dia tidak disembah bersama yang lain.”

PERTANYAANNYA SEKARANG, Apa maksud pertanyaan anda tentang kapankah nabi mulai angkat senjata? Adakah asumsi baru yang ingin anda utarakan?

Surya Yaya Saya sudah memberikan kesempatan anda dua sesi menginterview saya. Apakah saya punya kesempatan yang sama untuk saya balik mewawancarai anda? Sederhana saja bahan interview saya terhadap anda, yakni segala yang anda sudah pertanyakan kepada saya dalam dua sesi terakhir ini, akan saya kembalikan ke anda. Apakah Duladi Samarinda bersedia?

Duladi Samarinda Surya Yaya menjelaskan:

Turunnya perintah perang ada pada halaman 422-423 Sirah Jilid 1. Realisasinya memang terlaksana pada halaman 561, dan hanya kategori perang kecil, dimana tidak terjadi pertempuran sebab tidak bertemu dengan pasukan Quraish. Ikatan perjanjian damai dilakukan dengan Bani Dhamrah.

Adapun sebab terjadinya perang kecil tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memusatkan perhatian kepada Quraisy untuk menghancurkan mereka sebagai balasan atas kejahatan mereka.

Perlu diketahui, pangkal kekuatan Quraisy terdapat pada perdagangan mereka dari kedua jalur. Inilah strategi perang yang dilakukan Rasulullah.

Adakalanya beliau berangkat sendiri memimpin pasukan dan adakalanya mengutus para sahabatnya untuk memerangi (sebagaimana mereka telah memerangi dan mengambil harta Muhajirin) dan memanfaatkan harta mereka baik dalam perjalanan kafilah keluar dari Mekah atau sekembalinya dari perdagangan

====================

Kapan tepatnya Muhammad berjihad? Apakah sehari setelah hijrah langsung bawa pasukan mencari musuh? Atau setelah seminggu, atau setelah berapa bulan?

Duladi Samarinda Anda fokus dulu sebagai nara sumber, nanti kalau sudah selesai wawancara ini anda boleh mewawancarai saya.

Surya Yaya Duladi Samarinda menulis: Kapan tepatnya Muhammad berjihad? Apakah sehari setelah hijrah langsung bawa pasukan mencari musuh? Atau setelah seminggu, atau setelah berapa bulan?

–> Sirah Ibnu Hisyam Jilid 1 Halaman 561. BAB 105 TANGGAL HIJRAH

Berdasarkan sanad terdahulu dari Abdul Malik bin Hisyam yang berkata bahwa Ziyad bin Abdullah Al-Bakkai berkata kepadaku dari Abdullah bin Ishaq Al-Muthallibi yang berkata,

“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba di Madinah pada hari Senin ketika di akhir waktu dhuha, ketika matahari sedang tidak terlalu panas, tanggal 12 Rabiul Awwal. Itulah tanggal hijrah beliau seperti dikatakan Ibnu Hisyam.”

Masa Tinggal Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di Madinah tanpa Perang

Ibnu Ishaq berkata, “Ketika tiba di Madinah, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berusia 53 tahun, tiga belas tahun setelah Allah mengutus beliau sebagai Nabi dan Rasul. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menetap di Madinah pada sisa bulan Rabiul Awwal, Rabiul Akhir, Jumadil Ula, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawawal, Dzul Qa’dah, dan Dzul Hijjah. Pada bulan-bulan tersebut, dan bulan Muharram tahun berikutnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak terlibat perang dengan orang-orang musyrik.

Pada bulan Shafar tahun berikutnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam keluar untuk berperang, tepatnya dua belas bulan sejak kedatangan beliau di Madinah.”

Ibnu Hisyam berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menunjuk Sa’ad bin Ubadah sebagai pengganti beliau selama beliau pergi perang.”

Terus, maksud anda setelah pertanyaan di atas, apa?

Surya Yaya Duladi Samarinda, Saya sudah memberikan kesempatan anda dua sesi menginterview saya. Apakah saya punya kesempatan yang sama untuk saya balik mewawancarai anda? CUKUP 1 SESI SAJA.

Pembahasannya pun juga sederhana yakni segala yang anda sudah pertanyakan kepada saya dalam dua sesi terakhir ini, akan saya kembalikan ke anda. Apakah Duladi Samarinda bersedia?

Atau anda hanya bisa berkotek ria di kandang saja sembari dibantu oleh anak-anak jongos anda di sini??

(Dicopas ulang dari link: (http://www.facebook.com/duladi.samarinda/posts

Tinggalkan komentar