Interview ala Duladi; Muslim Menjawab (Surya Yaya) PART 1


Duladi Samarinda  =Wawancara dengan Surya Yaya=

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Duladi Samarinda Surya Yaya, tema kita adalah PERANG dalam ISLAM.

Bisakah anda jelaskan apa yg dimaksud dengan PERANG dalam definisi Islam?

Surya Yaya Wa alaikum..

Duladi Samarinda Oya, tadi anda menjawab “wa alaikum salam”, tapi kemudian anda ganti menjadi “wa alaikum” saja. Bisa anda jelaskan?

Surya Yaya Apabila ahli kitab memberikan salam maka jawablah dengan mengatakan: Wa’alaikum” … mungkin tadi sedikit agak tergesa-gesa.

Duladi Samarinda Apakah mengucapkan kata “salam” kepada murtadin juga haram?

Surya Yaya Tidak juga, tergantung model salamnya seperti apa.

“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.” (QS. An-Nisa: 86)

Duladi Samarinda Nah, bukankah tadi saya menggunakan kata salam kepada anda? Kenapa anda tidak membalas dengan yg lebih baik sesuai anjuran surat An-Nisa 86?

Surya Yaya Itu untuk kalangan kami. Tapi untuk kalangan anda, ya seperti di atas.

Btw, Definisi perang dalam Islam ada dua. Yakni perang yang sesuai makna harfiahnya—kontak fisik—face to face atau disebut Jihad, ini pun juga ada kategori tersendirinya. Dan yang kedua, perang dalam arti mengajak. Seperti istilah ” Kita harus memerangi kemiskinan” Itu definisi perang bukan dalam arti yang sesungguhnya.

Duladi Samarinda Surya Yaya, jadi dalam pandangan Islam, orang di luar kalangan harus dibenci? Bahkan mengucapkan SALAM saja haram. Benarkah demikian?

Jika makna PERANG dalam Islam seperti itu, saya akan bahas makna yg pertama.

Kapan PERANG itu Islam perintahkan kepada umat?

Surya Yaya Duladi Samarinda Surya Yaya, jadi dalam pandangan Islam, orang di luar kalangan harus dibenci? Bahkan mengucapkan SALAM saja haram. Benarkah demikian?

–> Saya tidak mengatakan haram. Selama maksud salam anda adalah baik. Dan tidak ada dasar orang diluar Islam harus dibenci.

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. [al-Mumtahanah: 8]

Kasihilah orang-orang yang berada di atas bumi, niscaya Dia (Allah) yang berada di atas langit akan mengasihi kamu. [HR. at-Tirmidzi, no. 1924]

Duladi Samarinda  Jika makna PERANG dalam Islam seperti itu, saya akan bahas makna yg pertama. Kapan PERANG itu Islam perintahkan kepada umat?

Surya Yaya Jika negosiasi damai buntu, atau tidak adanya itikad baik dalam menyelesaikan permasalahan menurut yang semestinya, maka perang adalah suatu ‘keterpaksaan’

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. (Al-Baqara: 216)

Duladi Samarinda Surya Yaya, kenapa umat muslim sebelum ayat itu turun TAKUT BERBUAT BAIK kepada orang di luar kalangannya?

Bukankah itu adalah bukti bahwa Islam memang mengajarkan permusuhan terhadap orang-orang di luar?

Surya Yaya Duladi Samarinda Surya Yaya, kenapa umat muslim sebelum ayat itu turun TAKUT BERBUAT BAIK kepada orang di luar kalangannya? Bukankah itu adalah bukti bahwa Islam memang mengajarkan permusuhan terhadap orang-orang di luar?

–> Seperti yang sudah saya katakan diatas. Islam tidak mengajarkan permusuhan. Kalau agama anda, itu pasti.

Bahkan Islam melarang atau tidak boleh mengganggu harta, darah, dan kehormatan orang-orang non muslim.

Dalam sebuah hadist qudsi, Allah berfirman: “Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya Aku mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku, dan Aku menjadikannya sesuatu yang diharamkan di tengah kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi”. [HR. Muslim, no. 2577].

Sekali lagi, Muslim harus tetap berbuat baik kepada orang kafir atau yang tidak seagama.

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. [al-Mumtahanah: 8]

Kasihilah orang-orang yang berada di atas bumi, niscaya Dia (Allah) yang berada di atas langit akan mengasihi kamu. [HR. at-Tirmidzi, no. 1924]

Surya Yaya Btw, waktu saya sisa 10 menit. Setelah aktivitas saya selesai… kita akan lanjutkan. Saya harap anda bisa mngerti dengan pekerjaan saya.

Duladi Samarinda Surya Yaya, coba anda cermati kalimat ayat ini:

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. [al-Mumtahanah: 8]

Kenapa Owo bilang begitu? Karena umat muslim TAKUT BERBUAT BAIK kepada non-muslim. Bukankah begitu? Yang menjadi keharusan bagi setiap muslim adalah MEMUSUHI orang di luar kalangannya, dan itu seperti yg Abu Bakar Baasyir katakan bahwa hubungan muslim dengan non-muslim adalah HUBUNGAN PERANG, bukan hubungan kekerabatan.

Duladi Samarinda Bukankah BERBUAT BAIK itu memang sudah menjadi KEHARUSAN bagi setiap manusia?

Tapi kenapa AYAT itu seolah-olah BERBUAT BAIK itu sesuatu yg SULIT & MENAKUTKAN? 

Surya Yaya Duladi Samarinda Bukankah BERBUAT BAIK itu memang sudah menjadi KEHARUSAN bagi setiap manusia?

Tapi kenapa AYAT itu seolah-olah BERBUAT BAIK itu sesuatu yg SULIT?

–> Saya rasa anda tak perlu mengulang-ulang pertanyaan anda, Karena jawabannya pun akan tetap sama. Kalau anda sedikit rasional dalam berfikir, saya harap anda tidak menggunakan asumsi kebencian agama anda terhadap kami.

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik ….. (ARTINYA, sebelumnya muslim memang itu diharuskan baik kepada setiap golongan, dan turunnya ayat itu sudah pasti makin meyakinkan umat muslim bahwa kebaikan itu meliputi semua golongan) 

… dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama... (ARTINYA, selama anda tidak memerangi kami, memerangi disini maknanya ambigu, maka kami pun jauh lebih baik dari anda. lebih menghormati anda.)

Tapi sayangnya, agama anda memang lebih senang memposisikan diri sebagai API yang sangat takut dengan AIR (Baca: Islam) 

Surya Yaya Ok, saya rehat dulu untuk menyelesaikan pekerjaan saya. Salam untuk semua

————————————————————————————————————-

Duladi Samarinda Surya Yaya,

Apakah anda punya KITAB ASBABUN NUZUL Jalaludin As-Suyuti? Coba anda baca hal. 565-566.

Asbabun Nuzul dari QS 60:8 tersebut, sewaktu Qatilah (mantan istri Abu Bakar) datang mengunjungi Asma binti Abu Bakar, dengan membawa banyak hadiah, Asma yg muslim itu tidak mengijinkan ibunya yg musyirik (=kafir) itu masuk.

Tetapi karena Muhammad tau sang ibunda yg masih kafir itu MEMBAWA HADIAH-HADIAH untuk putri Abu Bakar, maka keluarlah ayat tersebut: “Allah tidak melarang kamu berbuat baik kepada orang kafir yg tidak memerangi kamu”

Jadi yg dimaksud “BERBUAT BAIK” dalam ayat itu bukan muslim memberi sesuatu yg berharga / berupa pertolongan kepada non-muslim, melainkan “MENERIMA NON-MUSLIM BERTAMU” ke rumah muslim di mana si kafir itu membawa banyak hadiah-hadiah.

Kalau si kafirr itu tidak membawa apapun, mungkinkah AYAT itu keluar? 

Duladi Samarinda Di dalam ayat lain, Surya Yaya, dengan tegas Muhammad/Owo melarang umat muslim BERSAHABAT dengan orang non-muslim, bahkan mengharamkan muslim menjadi PENOLONG bagi non-muslim, termasuk sekalipun orang-orang kafir itu adalah orang tua sendiri.

QS 9:23

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi pelindung bagi bapak-bapak dan saudara-saudaramu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan…”

QS 9:113

“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahanam.”

QS 3:3:28

“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi teman atau penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).

Karena itulah muslim menjadi takut berbuat baik kepada non-muslim, bahkan menerima ibunya yg kafir bertamu saja muslim tidak berani.  

Duladi Samarinda Dengan demikian, penjelasan anda: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik ….. (ARTINYA, sebelumnya muslim memang itu diharuskan baik kepada setiap golongan, dan turunnya ayat itu sudah pasti makin meyakinkan umat muslim bahwa kebaikan itu meliputi semua golongan)”

Saya garis bawahi penjelasan anda:

“….ARTINYA, sebelumnya muslim memang diharuskan baik kepada setiap golongan….”

dasarnya apa? Bisakah anda jelaskan?

Surya Yaya Duladi Samarinda menulis: Apakah anda punya KITAB ASBABUN NUZUL Jalaludin As-Suyuti? Coba anda baca hal. 565-566.

Asbabun Nuzul dari QS 60:8 tersebut, sewaktu Qatilah (mantan istri Abu Bakar) datang mengunjungi Asma binti Abu Bakar, dengan membawa banyak hadiah, Asma yg muslim itu tidak mengijinkan ibunya yg musyirik (=kafir) itu masuk.

Tetapi karena Muhammad tau sang ibunda yg masih kafir itu MEMBAWA HADIAH-HADIAH untuk putri Abu Bakar, maka keluarlah ayat tersebut: “Allah tidak melarang kamu berbuat baik kepada orang kafir yg tidak memerangi kamu”

Jadi yg dimaksud “BERBUAT BAIK” dalam ayat itu bukan muslim memberi sesuatu yg berharga / berupa pertolongan kepada non-muslim, melainkan “MENERIMA NON-MUSLIM BERTAMU” ke rumah muslim di mana si kafir itu membawa banyak hadiah-hadiah.

Kalau si kafirr itu tidak membawa apapun, mungkinkah AYAT itu keluar?

Tanggapan:

–> Baca dengan seksama KITAB ASBABUN NUZUL Jalaludin As-Suyuti 566 ini:

Sebab turunnya ayat : Imam Bukhari meriwayatkan dari Asma binti Abu Bakar yang berkata, ”Suatu hari, ibu saya mengunjungi saya. Ketika itu, ia terlihat DALAM KONDISI CENDERUNG (kepada Islam). Saya lalu bertanya kepada Rasulullah tentang apakah saya boleh MENYAMBUNG SILATURAHMI dengannya? Nabi saw. lalu menjawab, ’Ya, boleh’. Berkenaan dengan kejadian inilah, Allah lalu menurunkan ayat ini.”

Penjelasan: Adapun soal keinginan ibunya untuk memberi hadiah hanyalah upaya seorang Ibu yang berusaha mengambil hati anaknya. Toh pada awalnya, keinginan ibunya untuk berislam sangat kuat.

Imam Ahmad dan al-Bazzar meriwayatkan satu riwayat, demi kian juga dengan al-Hakim yang menilainya shahih, dari Abdullah ibnuz-Zubair yang berkata,

“Suatu ketika, Qatilah datang mengunjungi anaknya, Asma binti Abu Bakar. Abu Bakar telah menalak wanita itu pada masa jahiliah. Qatilah datang sambil membawa berbagai hadiah. Akan tetapi, Asma menolak untuk menerimanya dan bahkan tidak membolehkannya masuk ke rumahnya sampai ia mengirirn utusan kepada Aisyah untuk menanyakan hal tersebut kepada Rasulullah. Aisyah lalu memberitahukannya kepada Rasulullah. Beliau lantas menyuruh Asma untuk menerima pemberian-pemberian ibunya tersebut eerta mengizinkannya masuk ke dalam rumahnya. Allah lalu menurunkan ayat, “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berilakk adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama.. . .”’

Jadi, ihwal pemberian hadiah itu hanyalah sebuah simpati saja. Bukan karena Asma binti Abu Bakar tergiur dengan hadiah yang tidak ada artinya tersebut, sedang ia sendiri berkecukupan dalam kehidupan. Terbukti, ialah yang menyiapkan segala keperluan Rasulullah saw dan bapaknya selama dalam perjalanan hijrah, dia pula yang mengirimkan makanan untuk Rasulullah saw dan bapaknya (Abu Bakar As-Shiddiq) selama keduanya tertahan di gua Tsur.

( So, Kristen saja yang suka “membeli” keimanan Muslim (yang taraf ekonominya memiriskan) dengan beras atau mie instant yang dibumbui kata-kata ngibul ala penjual obat pinggir jalanan. )

Azbabun nuzul yang lainnya: ( Sebagai tambahan Ilmu buat anda)

Al-Hasan dan Abu Shalih berkata bahwa ayat ini turun berkaitan dengan Bani Khuza’ah, Bani al-Harits bin Ka’b, Kinanah, Muzainah, dan beberapa kabilah Arab yang lain. Mereka melakukan perjanjian damai dengan Rasulullah saw, tidak memerangi beliau, dan tidak menolong orang-orang yang akan memerangi beliau.

Qurrah al-Hamdani dan ‘Athiyyah al-‘Aufi rahimahumallah mengatakan bahwa ayat ini turun berkaitan dengan Bani Hasyim, yang al-Abbas termasuk di dalamnya.

Abdullah bin Zubair mengatakan bahwa ayat ini turun berkaitan dengan para wanita dan anak-anak dari kalangan orang-orang kafir.

Adapun Mujahid mengatakan bahwa ayat ini turun terhadap orang-orang Makkah yang beriman namun tidak ikut berhijrah sehingga orang-orang Muhajirin dan Anshar serba sulit menyikapinya. Mereka ingin berbuat baik kepada saudaranya, namun di sisi lain mereka adalah orang-orang yang tidak ikut berhijrah.

Ada pula yang berpendapat bahwa ayat ini turun kepada orang-orang yang lemah dari kalangan kaum mukminin yang tidak ikut berhijrah. (Tafsir al-Alusi, (20/465)

Surya Yaya Duladi Samarinda menulis: Di dalam ayat lain, Surya Yaya, dengan tegas Muhammad/Owo melarang umat muslim BERSAHABAT dengan orang non-muslim, bahkan mengharamkan muslim menjadi PENOLONG bagi non-muslim, termasuk sekalipun orang-orang kafir itu adalah orang tua sendiri.

QS 9:23 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi pelindung bagi bapak-bapak dan saudara-saudaramu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan…”

Tanggapan:

–>

Akhir ayat ini sangat jelas, –>” …jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan…

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan PERGAUILAH KEDUANYA di dunia dengan baik.” (Luqman: 15)

———————————————————————————————————————

QS 9:113 “Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahanam.”

Tanggapan:

–> Ayat ini pun bukan bermakna larangan “bersahabat” (— dalam tanda kutip) dengan orang-orang non muslim. TAPI, larangan mendoakan atau memintakan ampun kepada Allah. Atau kalau pakai bahasa kekinian, mungkin logat kita seperti ini: “Ngapain juga doakan sampean, toh kita tidak sekeyakinan. Hormat saya tetap tidak berkurang, tapi untuk urusan akhirat…. sorry frend, kita fifty-fifty aja…”

———————————————————————————————————————

QS 3:3:28 Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi teman atau penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).

Tanggapan:

–>Ayat ini punya muwalah tersendiri (batas interaksi dengan kafir ). Yakni tidak bersikap loyal yang menyebabkan cinta dengan hati atau berkasih sayang kepada orang kafir yang akibat dari itu muncullah pertolongan dan bantuan kepada orang kafir dengan harta, senjata dan buah pikiran. Dampaknya jelas, orang-orang muslim bisa saja condong kepada pola hidup mereka nantinya. Dan ini sudah diinformasikan oleh Rasulullah:

”Kalian pasti akan mengikuti tata cara (beragama) orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sampai-sampai kalau mereka masuk lubang dhabb, kalian pun akan mengikutinya.” (HR. al-Bukhari)

Selain itu, jawaban lainnya juga ada pada ayat ini (Yang saya kapitalkan berarti itu adalah penekanan kata):

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu, (karena) MEREKA TIDAK HENTI-HENTINYA (menimbulkan) kemudaratan bagimu. MEREKA MENYUKAI APA YANG MENYUSAHKAN KAMU. TELAH NYATA KEBENCIAN DARI MULUT MEREKA , DAN APA YANG DISEMBUNYIKAN OLEH HATI MEREKA adalah LEBIH BESAR LAGI. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (Ali Imran: 118)

Jadi, berbuat baik dalam hubungan kemasyarakatan, kekeluargaan, dan semacamnya adalah boleh selama tidak mengarah kepada hal-hal yang berhubungan dengan masalah keimanan.

“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al-Maidah: 8 )  

“Maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” (QS. At-Taubah : 7)

Saya garis bawahi penjelasan anda:”

….ARTINYA, sebelumnya muslim memang diharuskan baik kepada setiap golongan….”

dasarnya apa? Bisakah anda jelaskan?

Tanggapan:

–> Banyak, dan yang menjadi pemberi contohnya adalah Rasulullah sendiri. Bahkan terhadap tawanan musuh pun beliau adalah contohnya:

Dari Abu Hurairah riwayat Bukhari Muslim. Beliau berkata:

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus pasukan berkuda ke arah Najd. Ketika datang mereka membawa tawanan seorang lelaki dari Bani Hanifah yang bernama Tsumamah bin Utsal. Para shahabat mengikatnya di salah satu tiang mesjid. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatanginya seraya berkata:

“Apa yang ada padamu, wahai Tsumamah.”

Ia menjawab: “Pada saya ada kebaikan, wahai Muhammad. Kalau engkau membunuh saya maka engkau telah membunuh orang yang mempunyai darah. Kalau engkau memberi kenikmatan maka engkau akan memberikan kenikmatan kepada orang yang tahu balas budi. Dan kalau engkau menghendaki harta, maka mintalah dariku sesukamu.”

Kemudian Nabi shallallahu `alaihi wa sallam meninggalkannya.

Esok harinya beliau kembali berkata kepadanya: “Apa yang ada padamu, wahai Tsumamah?”

Maka ia menjawab: “Bukankah telah kukatakan kalau engkau memberikan kenikmatan maka engkau memberikan kenikmatan kepada orang yang tahu berterima kasih.”

Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkannya hingga esok harinya kembali beliau berkata kepadanya: “Apa yang ada padamu, wahai Tsumamah?” la menjawab: “Padaku ada sesuatu yang telah kukatakan.”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Lepaskanlah Tsumamah. “Ia pun pergi ke pohon karma dekat masjid. Ia mandi kemudian masuk masjid seraya berkata: “Saya bersaksi bahwa tiada sembahan yang haq kecuali Allah dan saya bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah. 

Wahai Muhammad, demi Allah tiada wajah di muka bumi ini yang lebih kubenci dari wajahmu. Lalu kemudian wajahmu telah menjadi wajah yang paling kucintai.

Demi Allah, tidak ada agama yang lebih kubenci dari agamamu, dan kemudian agamamu telah menjadi agama yang paling kucintai. Demi Allah, tidak ada negeri yang lebih kubenci dari negerimu.  

Lalu kemudian negerimu menjadi negeri yang paling kucintai. Namun pasukan berkuda menawanku ketika saya hendak menunaikan `umrah.

Bagaimana pendapatmu?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi kabar gembira kepadanya dan mengijinkannya untuk ber’umrah. Tatkala ia tiba di Mekkah, seseorang berkata kepadanya: “Engkau telah gila.”

Tsumamah menjawab: “Tidak, akan tetapi saya masuk Islam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demi Allah tidak akan datang kepada kalian satu biji gandum pun dari Yamamah sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengijinkannya.”   

 

Surya Yaya Duladi Samarinda, Kisah-kisah lainnya tentang pembahasan kita di atas adalah:

– Kisah wanita musyrik pemilik dua bejana air yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memeranginya, menawannya atau menghalalkan air yang dibawanya. Tetapi beliau meminta sedikit airnya kemudian mendo’akan air tersebut sehingga seluruh para sahabat minum dan memenuhi tempat-tempat air mereka. Kemudian beliau mengembalikan air itu seperti semula. Para sahabat pun memuliakan wanita tadi, berbuat baik kepadanya dan mengumpulkan makanan untuknya. Ketika wanita itu kembali, ia menceritakan hal tersebut pada kaumnya dan menyeru mereka untuk memeluk Islam. Lalu mereka pun masuk Islam. Kisahnya dalam hadits yang sangat panjang riwayat Bukhari Muslim dari hadits `Imran bin Hushain.

– Tentang orang-orang Yahudi yang memerangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeluarkan mereka dari Madinah dan mengepung mereka di Khaibar. Tetapi tatkala mereka sudah tidak memerangi kaum Muslimin dan mengeluarkannya dari negerinya, mereka kembali mendapatkan perlakuan yang baik dan tidak diperangi. Sehingga kadang mereka datang bertanya suatu permasalahan agama kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagai contoh dalam hadits riwayat Bukhary -Muslim dari hadits Ibnu Mas’ud:

“Tatkala saya berjalan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu kebun dan beliau bertelekan sebuah tongkat kecil, tiba-tiba lewatlah beberapa orang Yahudi. Sebagian mereka berkata kepada yang lainnya:

“Tanyakanlah kepadanya tentang ruh.” Maka sebagian mereka berkata: “Apa yang meragukan kalian? la tidak akan menerima kalian dengan sesuatu yang kalian tidak senangi.” Maka mereka berkata: “Tanyalah kepadanya!” Lalu berdiri kepada beliau sebagian dari mereka lalu bertanya tentang ruh.

Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diam dan tidak menjawab sesuatu apapun. Kata Ibnu Mas’ud: Saya mengetahui bahwa wahyu sedang turun kepadanya. Saya berdiri ditempatku lalu turunlah wahyu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Maka katakanlah: ruh itu urusan Rabb-ku dan kalian tidak diberikan ilmu (tentangnya) kecuali sedikit.”

– Demikian pula di masa pemerintahan Abu Bakr AshShiddiq dan di awal pemerintahan Umar bin Khattab, masih ada di antara mereka yang datang kepada Umar bertanya sesuatu sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari & Muslim

“Diriwayatkan dari Thariq bin Syihab bahwa dia berkata: Seorang laki-laki dari Yahudi datang kepada `Umar bin Khattab lalu berkata: “Wahai Amirul Mukminin, Ada suatu ayat dalam kitab kalian yang apabila ayat itu turun kepada kami orang-orang Yahudi, maka kami akan menjadikan hari itu sebagai Hari Raya.”

Maka Umar bertanya: “Ayat apakah itu?” Dia berkata: “Ayat (Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu; dan telah Kuridlai Islam itu jadi agama bagimu).” Maka Umar berkata: “Sesungguhnya saya sangat mengetahui kapan dan dimana ayat itu turun pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu di Arafah pada hari Jum’at.”

Masih banyak lagi dalil-dalil lainnya yang mendukung makna ayat yang terkandung dalam ayat 8 surat Al-Mumtahanah tersebut. Bila kita mencermati Al-Qur’an dan As-Sunnah serta kisah perjalanan hidup Nabi shallallahu `alaihi wa sallam dan peperangan beliau, kita akan menemukan hal-hal yang menunjukkan yang menunjukkan kasih sayang dan rahmat Islam terhadap orang non-Muslim.

Dengan keterangan di atas, tuduhan-tuduhan anda hanyalah sebuah pendiskreditan belaka yang hanya atas dasar asumsi dan kebencian.

Surya Yaya Duladi Samarinda Mengingat wall anda sudah terlalu semarak dengan komen-komen lainya, maka diskusi ini saya pindahkan ke notes saya… kalau anda punya waktu, kita lanjut disini:

http://www.facebook.com/note.php?saved&&note_id=10151148391191174

* ( Dicopas ulang dari link:  http://www.facebook.com/duladi.samarinda/posts/507278099302607?comment_id=5716530&notif_t=mentions_comment )

4 Balasan ke Interview ala Duladi; Muslim Menjawab (Surya Yaya) PART 1

  1. akbar berkata:

    duladi sok tau asbabun nuzul, dia pernah juga kena batunya ketika membahas persoalan bani quraizah tanpa memahami ulangan 20. dan bodohnya umat kristen dengan polos mengira duladi itu sangat pintar

  2. bejoutomo berkata:

    Sebodoh-bodohnya Pakde Duladi, sudah pasti jauh lebih pinter dari anda. Kalau anda mau jujur, Pakde Duladi ini sang murtadin yang betul2 sangat menguasai quran dan hadis sedetail-detailnya. Saya yakin anda dan para muslimer fanatik buta hati itu gak menguasai kitabnya sendiri, tetapi hanya sok tahu saja. Biasa, muslimers itu kan selalu berpikiran negative, terutama dengan para murtadin. Sehebat apapun orang itu kalau menjadi murtadin pasti dibilang bodoh. HIDUP PAKDE DULADI, ALI SINA SANG PENCERAH AGUNG, DAN PARA MURTADIN LAIN, ANDA TELAH LEPAS DARI API NERAKA !!!!

  3. Saidfatwa berkata:

    Dialog ini, telah menghasilkan wawasan Ilmu kebenaran Agama Allah swt

Tinggalkan komentar